Oleh: Faoziduhu | Juni 18, 2011

TUHAN DIMULIAKAN (Sebuah tinjauan dari perspektif katekismus Westminster)


Salah satu dokumen penting gereja reformed adalah katekismus westminster. Sebuah dokumen yang berisi tentang pengakuan iman dan sistem teologi reformed yang didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Dokumen westminster ini dimulai dengan sebuah pertanyaan penting yang mungkin tidak pernah kita pertanyakan sebelumnya, bahkan mungkin tidak pernah ditanyakan oleh orang dari kepercayaan manapun di dunia. Pertanyaan itu adalah, “apakah tujuan utama manusia?” katekismus kemudian menjawab, “tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.”
Sebagai mahluk yang bereksistensi, manusia memiliki tujuan. Namun sebagai mahluk ciptaan, tujuan itu tidak ditemukan dalam diri manusia itu sendiri. Dengan kata lain, manusia tidak pernah tahu apa tujuan hidup manusia sebenarnya, kecuali yang bersangkutan mencari jawaban kepada yang menciptakannya. Di dalam Alkitab kita menemukan jawaban yang sangat jelas bahwa tujuan hidup manusia adalah memuliakanNya. Apakah yang dimaksud dengan Tuhan dimuliakan disini? G.I Williamson menjelaskan bahwa ungkapan memuliakan Allah hendaknya diartikan sebagai mencerminkan kemuliaan Allah. Seperi halnya langit yang menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala yang memberitakan pekerjaanNya (mazmur 19:2), demikianlah manusia seharusnya mencerminkan kemuliaan Allah melalui hidup mereka. Namun sayang gagasan tentang tujuan manusia itu hanya terwujud sebelum manusia jatuh dalam dosa. Semenjak manusia jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangan cerminan kemuliaan Allah dalam hidup mereka. Peta dan gambar Allah menjadi rusak.
Walau demikian masih ada harapan pasti bagi manusia. Melalui penebusan dalam Kristus Yesus, manusia dimungkinkan untuk mewujudkan tujuan Allah bagi penciptaan dan keberadaan manusia. Williamson mengatakan bahwa sekalipun manusia yang tidak dipilih tidak mempunyai keinginan untuk memuliakan Allah, namun sebenarnya mereka tunduk kepada Allah. Jadi baik mereka yang ditebus maupun yang akan binasa adalah alat bagi kemuliaanNya. Melalui umat tebusan kemurahan Allah dinyatakan dan melalui kelompok manusia yang ditentukan binasa murka dan keadilan Allah akan dinyatakan dan dihormati. Kalau keduanya adalah alat menyatakan kemuliaannya, namun dimanakan perbedaan esensinya? Williamson berkata “untuk mereka yang binasa, Allahlah yang membuat mereka memuliakanNya namun mereka tidak menikmatinya. Sedangkan untuk mereka yang akan diselamatkan,”mereka memiliki keinginan untuk memuliakan Allah dan mereka sangat menikmati/bersuka di dalamnya.”
Jika kita diciptakan untuk memuliakan Allah melalui hidup kita, masalahnya, bagaimana kita mewujudkannya? Sebagai umat tebusan, kita dipanggil untuk menunjukkan perilaku dan hidup yang memuliakan Allah dalam hidup kita. Ketika kita menjadi garam dan terang, ketika kita menyatakan kasih kepada sesama, ketika kita menunjukkan pertumbuhan dalam karakter yang semakin diubahkan, ketika kita menyelesaikan masalah dan bukan menciptakan masalah, ketika kita memberitakan kabar kesukaan, ketika kita bekerja dengan tekun dan penuh kejujuran mengerjakan tugas dan tanggung jawab kita dan bahkan ketika kita melakukan segala sesuatu yang ringan dan sederhana seperti menjaga kesehatan, rekreasi yang benar dan sudah barang tentu ketika kita beribadah dan menyembah Dia.
Williamson mengatakan bahwa inti dari aktifitas memuliakan Allah adalah ketika hidup kita berpusat pada Allah. Masalahnya, siapakah yang menjadi poros atau pusat hidup kita saat ini? Apakah diri kita sendiri? Orang lain? Setan? Atau Tuhan Yesus sendiri. Orang tebusan Tuhan seharusnya memiliki Tuhan sebagai poros hidupnya. Jika Tuhan adalah poros hidup kita, maka seluruh aktifitas dan perilaku hidup kita akan dipengaruhi dan dikendalikan oleh Tuhan sendiri. Maka dengan demikian tujuan Allah atas hidup kita telah terpenuhi.


Tinggalkan komentar

Kategori